Selasa, 14 Februari 2017

Makalah Proses Persidangan Acara Pidana


MAKALAH
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Mengamati Proses Persidangan Acara Pidana”

                                             








Disusun Oleh:
       Desy Prasetyaningsih D.A
X IPA 1 Excellent
Pengadilan Negri Kebumen
Rabu, 18 Februari 2015
SMA MUHAMMADIYAH 1 GOMBONG


Kata Pengantar

        Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusun makalah Pendidikan Kewarganegaraan mencoba menyampaikan materi sederhana yang mudah dipraktikan dan dikuasai. Makalah ini menyajikan beberapa alternatif dalam proses belajar sehingga nantinya dapat siswa dapat mengembangkan diri dengan menggunakan media yang tersedia di sekitarnya.
          Dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan memegang peran penting dalam mengembangkan potensi.
Kepada pembina yang berupaya menyempurnakan kegiatan dan makalah ini sehingga mampu memberikan pengalaman dan pendidikan, kami mengucapkan terima kasih.
                                                                    Rabu, 18 Februari 2015
Guru Pembina


                                                                       Nurman Rusman, S.Pd



Gedung Pengadilan Negri Kebumen

Hasil gambar untuk gedung pengadilan negeri kebumen





















Pengadilan Negeri Kelas              II
Jl. Indrakila No. 15, Kebumen Jawa Tengah 54311










                              TINDAK PIDANA PENCURIAN

                      
BAB  I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
       Tindak kejahatan (tindak pidana/delik) dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai bentuk tindak kejahatan terus berkembang  baik modus maupun skalanya, seiring berkembangnya suatu masyarakat dan daerah seiring juga perkembangan sektor perekonomian demikian pula semakin padatnya populasi penduduk maka perbenturan berbagai kepentingan dan urusan diantara komunitas tidak dapat dihindari. Berbagai motif tindak kejahatan dilatarbelakangi berbagai kepentingan baik individu maupun kelompok. Tindak pidana (delik), Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diberi batasan sebagai berikut ; “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana”. Dalam teori yang diajarkan dalam ilmu hukum pidana latar belakang orang melakukan tindak pidana/delik dapat dipengaruhi dari dalam diri pelaku yang disebut indeterminisme maupun dari luar diri pelaku yang disebut determinisme.
Tindak pidana pencurian merupakan kejahatan yang sangat umum terjadi ditengah masyarakat danmerupakan kejahatan yang dapat dikatakan paling premitif. Dalam KUHP dirumuskan dalam Pasal 362; “Barang siapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud hendak memilikinya dengan melawan hukum, dihukum karena bersalah tentang pencurian......dan seterusnya”.
B.   Rumusan Masalah
       Bagaimanakah rumusan dan unsur-unsur tindak pidana pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)  Indonesia?

C.   Tujuan Penulisan
       Untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang tepat mengenai unsur dan rumusan tentang tindak pidana pencurian yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana  (KUHP).




                Mengamati Proses Persidangan Acara Pidana

                Hari/Tanggal      :               Rabu, 18 Februari 2015
                Tempat                                :               Pengadilan Negri Kebumen  Kelas II
Jl. Indrakila No. 15, Kebumen Jawa Tengah 54311
Telp : (0287) 381635, 381636, 381569

                Acara Pidana      :
1.       Kasus                                   :               Pencurian ATM
2.       Terdakwa                           :               -      Aji
-          Sobirin
-          Irvan
3.       Locus delcti                       :               ………………………………………….
4.       Barang bukti                     :               -     2 buah ATM BRI
-          Uang sejumlah Rp4.500.000,00
-          Ucapan terdakwa/pengakuan terdakwa
5.       Jaksa penuntut                                :               Margono, SH
6.       Pasal yg disangkakan    :               ………………………………………….
7.       Ancaman Hukuman       :               ………………………………………….
8.       Sidang yg ke                      :               2 (dua)
9.       Agenda sidang                 :               Keterangan saksi
10.   Hakim ketua                     :               MAROLOP SIMAMORA, SH.,MH
11.   Hakim Anggota 1             :               NURJAMAL, SH
12.   Hakim Anggota 2             :               YUNINDRO FUJI ARIYANTO,SH,MH
13.   Panitera                              :               UTARI WIJI HASTANINGSIH, SH
14.   Saksi                                     :               -     Sunarsih
-          Masino
-          Suyatno
-          Suratin
15.   Materi sidang                   :               Pencurian ATM di sebuah dompet milik Ibu Sunarsih yang diletakan di bawah bantal diatass tempat tidurnya dengan jumlah uang didalam dompet Rp100.000,00 dan 2 buah ATM BRI dengan nomor PIN 123456 yang ditulis pada selembar kertas. Pencurian ATM dilakukan pukul 03.15 WIB oleh Aji, Sobirin, dan Irvan. Ibu Sunarsih mendapat sms banking sebanyak 5 kali dengan jumalah uang yang diambil Rp1.000.000,00 oleh terdakwa/pelaku. Ibu Sunarsih mendapat smsm pukul 03.46 WIB. Sobirin memberikan uang sejumlah rp500.000,00 kepada kakaknya (Masino) dan bapaknya sejumlah Rp.600.000,00. Masino menerima uang tersebut tanpa bertanya kepada Sobirin. Para terdakwa diketahui oleh CCTV di sebuah ATM di Kutoarjo sedang  melakukan aksinya. Kemudian Ibu Sunarsih melaporkan kepada polisi dan para terdakwa diadili di Pengadilan Negri Kebumen pada hari Rabu 18 Februari 2015. Dengan barang bukti 2 buah ATM BRI, uang sebanyak Rp4.500.000,00 dan pengakuan para terdakwa itu sendiri. Sidang ditunda karena masih banyaknya sidang yang harus dilaksanakan pada hari itu dan akan dilanjutkan pada hari Rabu tanggal 25 Februari 2015.

Profil Hakim pada:
Persidangan Rabu, 18 Februari 2015
Pukul 13.46 WIB
Di ruang Sidang Utama / Ruang Sidang Kartika

1.  Ketua Hakim
NAMA                                                   : MAROLOP SIMAMORA, SH.,MH

NIP                                                       : 19620602 199212 1 001

Tempat Tanggal Lahir                      : 2 Juni 1962

Jabatan/Pangkat                               : Ketua Pengadilan Negeri Kebumen

Pendidikan                                         : S2 MAGISTER HUKUM

Riwayat karir mutasi Sebelumnya : Pengadilan Negeri Ketapang

2.  Hakim Anggota 1

               

NAMA                                                     : NURJAMAL, SH

NIP                                                         : 19770605 200212 1 003

Tempat Tanggal Lahir                        : Jakarta, 5 Juni 1977

Jabatan/Pangkat                                 : Hakim Pratama Madya ( IIIc )

Pendidikan                                           : S1

Riwayat karir mutasi Sebelumnya   : Pengadilan Negeri Majene


3.  Hakim Anggota 2


NAMA                                                     : YUNINDRO FUJI ARIYANTO,SH,MH

NIP                                                         : 19760610 200212 1 001

Tempat Tanggal Lahir                        : Klaten, 10 Juni 1976

Jabatan/Pangkat                                 : Hakim Pratama Madya ( IIIc )

Pendidikan                                           : S2

Riwayat karir mutasi Sebelumnya   : Pengadilan Negeri Kuala Kapuas

4.    Panitera        
NAMA                                                        : UTARI WIJI HASTANINGSIH, SH

NIP                                                            : 19770115 200112 2 002

Tempat Tanggal Lahir                           : Bandung, 15 Januari 1977

Jabatan/Pangkat                                    : Hakim Pratama Madya ( IIIc )

Pendidikan                                              : S1

Riwayat karir mutasi Sebelumnya      : Pengadilan Negeri Ciamis

5.  Anggota


NAMA                                                     : AGUNG PRASETYO, SH

NIP                                                         : 19761207 200212 1 003

Tempat Tanggal Lahir                        : Salatiga, 7 Desember 1976

Jabatan/Pangkat                                 : Hakim Pratama Madya ( IIIc )

Pendidikan                                           : S1

Riwayat karir mutasi Sebelumnya   : Pengadilan Negeri Pangkalanbun
6.  Pendamping



NAMA                                                     : AFIT RUFIADI, SH

NIP                                                         : 19781006 200212 1 001

Tempat Tanggal Lahir                        : Tambak Banyumas, 6 Oktober 1978

Jabatan/Pangkat                                 : Hakim Pratama Madya ( IIIc )

Pendidikan                                           : S1

Riwayat karir mutasi Sebelumnya   : Pengadilan Negeri Kalianda

BAB  II PEMBAHASAN

A.   Konsep Dasar
  a.    Pengertian Pencurian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti “pencurian” proses, cara, perbuatan.
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,000,00
b.   Unsur-Unsur Pencurian

1.   Unsur-Unsur Objektif

a).   Unsur perbuatan mengambil (wegnemen)
Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukan bahwa pencurian adalah berupa tindak pidana formill. Mengambil adalah suatu tingkah laku psoitif/perbuatan materill, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang disengaja. Pada umumnya menggunakan jari dan tangan kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya, memegang, dan mengangkatnya lalu membawa dan memindahkannya ke tempat lain atau dalam kekuasaannya. Unsur pokok dari perbuatan mengambil harus ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan benda itu ke dalam kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat dirumuskan sebagai melakukan perbuatan terhadap suatu benda dengan membawa benda tersebut ke dalam kekuasaanya secara nyata dan mutlak.
Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata adalah merupaka syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang artinya juga merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu perbuatan pencurian yang sempurna.


b).   Unsur benda
Pada objek pencurian ini sesuai dengan keterangan dalam Memorie van toelichting (MvT) mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP adalah terbatas pada benda-benda bergerak (roerend goed). Benda-benda tidak bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan mengambil.
Benda yang bergerak adalah setiap benda yang sifatnya dapat berpindah sendiri atau dapat dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Sedangkan benda yang tidak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya tidak dapat berpindah atau dipindahkan, suatu pengertian lawandari benda bergerak.

c).    Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian saja, sedangkan yang sebagian milik pelaku itu sendiri. Contohnya seperti sepeda motor milik bersama yaitu milik A dan B, yang kemudian A mengambil dari kekuasaan B lalu menjualnya. Akan tetapi bila semula sepeda motor tersebut telah berada dalam kekuasaannya kemudian menjualnya, maka bukan pencurian yang terjadi melainkan penggelapan (Pasal 372 KUHP).

2.    Unsur-Unsur Subjektif

a.)    Maksud untuk memiliki
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur pertama maksud (kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk), berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memilikinya. Dua unsur itu tidak dapat dibedakan dan dipisahkan satu sama lain.
Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus ditujukan untuk memilikinya, dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukan bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki tidak mengisyaratkan beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan pelaku, dengan alasan. Pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif) saja. Sebagai suatu unsur subjektif, memiliki adalah untuk memiliki bagi diri sendiri atau untuk dijadikan barang miliknya. Apabila dihubungkan dengan unsur maksud, berarti sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri pelaku sudah terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu untuk dijadikan sebagai miliknya.

b.)   Melawan hukum
Menurut Moeljatno, unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencurian yaitu Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditunjukan pada melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil benda, ia sudah mengetahui dan sudah sadar memiliki benda orang lain itu adalah bertentangan dengan hukum. Karena alasan inilah maka unsur melawan hukum dimaksudkan ke dalam unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai dengan keterangan dalam MvT yang menyatakan bahwa, apabila unsur kesengajaan dicantumkan secara tegas dalam rumusan tindak pidana, berarti kesengajaan itu harus ditujukan pada semua unsur yang ada dibelakangnya.

B.  Ancaman Pidana, Tuntutan Pidana, Putusan pidana

1.  Acaman Pidana
Ancaman pidana adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Jadi untuk setiap tindak pidana selalu ada ancaman pidana bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa pidana mati, pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana denda. Ancaman pidana ini bisa dilihat dari bunyi pasal-pasal dalam setiap undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Untuk setiap tindak pidana disebutkan maksimal ancaman pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana, misalnya untuk tindak pidana pencurian dalam Pasal 362 KUHP maksimalnya adalah pidana penjara selama lima tahun. Dalam beberapa undang-undang selain maksimal pidana yang dapat dijatuhkan juga disebutkan minimal pidana yang dapat dijatuhkan, misalnya perkosaan terhadapa anak dalam Pasal 81 UU Perlindungan Anak maksimal dipidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan minimal  3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Karena ancaman pidana selalu dicantumkan dalam setiap pasal yang mengatur mengenai tindak pidana, maka sepanjang perbuatan yang dilakukan masuk dalam kualifikasi tindak pidana yang sama maka ancaman pidana juga sama. Jadi untuk setiap perbuatan mengambil barang milik orang lain yang termasuk dalam tindak pidana pencurian maka maksimal ancaman pidana juga sama yaitu lima tahun penjara, tanpa melihat apakah yang dicuri itu emas, pohon kakao, ataupun sandal jepit.
2.  Tuntutan  Pidana
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan tuntutan pidana ? secara singkat tuntutan pidana adalah permohonan jaksa (penuntut umum) kepada pengadilan (majelis hakim) atas hasil persidangan. Jadi tuntutan pidana baru muncul apabila pelaku tindak pidana sudah disidangkan di pengadilan dan pemeriksaan dinyatakan selesai oleh hakim. Dalam tuntutan pidana apabila penuntut umum berpendapat pelaku tindak pidana terbukti bersalah melakukan tindak pidana maka meminta agar pengadilan menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana tersebut. Dalam tuntutan pidana ini akan disebutkan berapa lama pidananya, lamanya pidana ini bisa sama dengan maksimal ancaman pidana, lebih rendah atau dalam hal tertentu melebihi maksimal ancaman pidana.
3.  Putusan  Pidana
Terakhir adalah putusan pidana. Setelah diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan maka pelaku tindak pidana yang disidangkan (terdakwa) maka selanjutnya pengadilan (majelis hakim) akan menjatuhkan putusan pidana. Apabila pengadilan berpendapat terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana dan tidak ada alasan pembenar maupun pemaaf yang dapat melepaskan dari pertanggungjawaban pidana maka selain dinyatakan bersalah melakukan pidana maka juga akan dijatuhi pidana. Mengenai berapa lama pidana yang dijatuhkan apakah sama dengan maksimal ancaman pidana atau sama dengan tuntutan pidana penuntut umum atau berbeda dari keduanya, tentu telah melalui pertimbangan baik dalam memperimbangkan unsur tindak pidana maupun dalam hal yang memberatkan dan meringankan pada diri terdakwa, yang kesemuanya dapat dibaca pada pertimbangan hakim dalam setiap putusan yang dibuatnya.
Dari ketiga pengertian di atas, kiranya adalah berbeda dengan apa yang disebut sebagai ancaman pidana, tuntutan pidana dan putusan pidana. Ancaman pidana untuk tindak pidana yang sama akan selalu sama, sedangkan tuntutan pidana akan sangat tergantung pada hasil penilaian persidangan oleh penuntut umum yang sangat dinamis, tidak saja pada peristiwa, jenis perbuatan maupun pelakunya, sehingga tidak dapat disamaratakan seperti ancaman pidana. Sebagai misal untuk tindak pidana pencurian yang dilakukan A belum tentu sama tuntutan pidana dari penuntut umum dibandingkan dengan peristiwa pencurian yang dilakukan oleh B karena A mencuri untuk membeli makan anaknya yang kelaparan sedangkan B mencuri karena untuk membeli pulsa untuk menelpon pacarnya, jadi sangat tergantung pada hasil persidangan. Selanjutnya atas tuntutan dari penuntut umum tersebut, setelah terdakwa diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan selanjutnya pengadilan (majelis hakim) akan menjatuhkan putusan yang apabila terdakwa dinyatakan bersalah maka akan diikuti dengan pemidanaan yang lamanya pidana akan sangat tergantung pada fakta-fakta yang terungkap di persidangan termasuk juga pada hal-hal yang memberatkan dan meringankan setelah juga memperhatikan tuntutan pidana dari penuntut umum dan pembelaan terdakwa atas tuntutan tersebut. Mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan dapat sama dengan tuntutan penuntut umum atau dapt juga sama dengan maksimal ancaman pidana juga dapat lebih rendah dari keduanya bahkan dalam hal tertentu dapat lebih tinggi dari maksimal ancaman pidana. 
BAB  III PENUTUP

A.   Kesimpulan
      1.    Kesimpulan
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,00-.
Dengan rumusan terdiri dari unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk memiliki, dan dengan melawan hukum).
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Keadilan itu sendiri terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan kewajiban asasi manusia. Namun asas keadilan belum sepenuhnya terimplementasikan dalam hukum positif di Indonesia.
2.   Saran
Diharapkan adanya perubahan atau pembentukan perauran perundang-undagan yang baru apabila peraturan perudang-undangan yang ada sudah dirasakan tidak terimplementasikan rasa keadilan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar